Fenomena ini bukan hanya soal kesombongan intelektual, tetapi juga menunjukkan krisis kepercayaan terhadap institusi. Banyak yang merasa bahwa para ahli adalah bagian dari sistem yang jauh dari kehidupan mereka—elitis, bias, atau tidak memahami realitas sehari-hari. Akibatnya, mereka mencari narasi alternatif, meskipun narasi itu datang dari orang-orang yang tak memiliki landasan pengetahuan yang kuat.
Namun dalam jangka panjang, sikap ini berbahaya. Masyarakat yang membenci ilmu, tapi percaya pada sembarang opini, akan mudah tersesat dalam kebingungan, teori konspirasi, dan kebijakan yang merugikan diri sendiri. Menghargai keahlian bukan berarti menelan mentah-mentah, tapi memberi tempat yang semestinya bagi mereka yang mendedikasikan hidupnya untuk memahami sesuatu secara mendalam. Sebab jika kebenaran jadi soal siapa yang paling keras bicara, maka akal sehat sedang berada dalam ancaman.
0 Komentar