Kisi2 Filsafat Ilmu


MK Filsafat Ilmu menghendaki mahasiswa untuk mampu berfikir secara rasional sebagai bagian pondasi kerangka akademik. Selain itu, mata kuliah ini juga mengarahkan mahasiswa untuk lebih berfikiran terbuka karena memahami bahwa pengetahuan mengalami dinamika dan berasal dari berbagai epistimologi, baik ide ataupun pengalaman. Berikut kisi-kisi UAS pada MK Filsafat Ilmu

1. Filsafat Klasik Barat

a. Socrates dan tanya-jawab (elenchus) untuk membongkar asumsi dan memunculkan kesadaran atas ketidaktahuan diri. Selain itu mahasiswa juga perlu memahami“daimonion” sebagai bisikan batin yang menuntun tindakan moral lewat kesadaran diri. Disini Socrates menekankan kesadaran akan ketidaktahuan sebagai awal pencarian kebenaran.

b. Plato dan penggunaan alegori gua pada tulisan "Republik" untuk membedakan realitas ide (bentuk sempurna) dan bayangannya. Disini Plato menekankan realitas sejati ada dalam dunia ide (pikiran), bukan dunia inderawi.

c. Aristoteles dan penekanan pada pengetahuan yang berangkat dari pengalaman inderawi dan pengamatan kausalitas.

d. Logika silogisme Aristoteles 

2. Filsafat Islam

a. Ibn Sina mengembangkan konsep bahwa Tuhan menciptakan melalui pancaran akal-akal, dikenal dengan teori emanasi. Tuhan sebagai “Necessary Being” dan alam muncul lewat emanasi akal-akal

b. Al-Ghazali mengkritik para filsuf yang terlalu mengandalkan logika dalam menjelaskan Tuhan dan memperkuat peran wahyu. Karena menurut Al-Ghazali, pengetahuan bukan hanya berasal dari akal tapi juga dari wahyu. Al-Ghazali menekankan kebahagiaan melalui pengetahuannya pada Tuhan dan pembersihan jiwa (tasawwuf). “kebahagiaan tertinggi adalah pengetahuan tentang Tuhan.” Al-Ghazali juga mengembangkan pemikiran atomisme teologis

c. Ibn Rushd menulis Tahafut al-Falasifah untuk mempertahankan rasionalisme Islam

d. Al-Farabi dan pandangannya dalam Al-Madinah al-Fadilah tentang model negara ideal ala filsuf

3. Filsafat Era Renaissance

a. Rene Descartes dengan cogito ergo sum (“aku berpikir maka aku ada”) membuka era rasionalisme modern. Descartes merumuskan fondasi epistemologi modern lewat keragu-raguannya dan kesadaran diri.

b. Francis Bacon dan metode empiris dan induktif sebagai landasan sains modern.

c. Machiavelli melihat politik sebagai praktik kekuasaan, menekankan efektivitas dan kontrol rasional. “negara berdaulat perlu kontrol rasional, bukan kepercayaan buta.” 

d. Michel de Montaigne terkenal sebagai bapak esai dan skeptisisme humanis. “metode skeptisisme” sebelum membangun teori.

e. John Locke menekankan kontrak sosial dan hak-hak alamiah dengan batasan demi kepentingan bersama. Kebebasan berekspresi sebaiknya dibatasi hanya bila mengganggu ketertiban publik sesuai konsep “pacta sunt servanda” 

f. Ontologi realistis & epistemologi empiris = memastikan bahwa “apa yang ada” (being) dan “apa yang kita ketahui” (knowing) tepat selaras. Ontologi adalah cabang yang mempelajari tentang hakikat keberadaan (being) atau realitas. Epistimologi adalah bagaimana pengetahuan terbentuk.

g. Konstruktivisme = realitas sosial sebagai hasil interaksi dan kesepakatan


4. Filsafat Modern / positivisme

a. Aguste Comte mendirikan positivisme yang memandang sains sosial bisa sama seperti sains alam. “tiga tahap perkembangan intelektual”: teologis, metafisik, dan positif yang dimuat dalam tulisannya Cours de philosophie positive

b. Positivisme percaya kebenaran sosial ditemukan lewat metode ilmiah empiris

c. Interpretivisme menekankan perluasan makna dan konteks subjektif. Interpretivisme mengkritik positivisme Comte 

d. Weber mempopulerkan pendekatan verstehen (pemahaman subjektif) dalam studi sosial dan berkembangnya metode kualitatif.

e. Nietzsche mengkritik moralitas tradisional (“slave morality”) dan menekankan penciptaan nilai. Contohnya seperti “membebaskan diri dari moral budak” dan menciptakan nilai-nilai baru. Nietzsche juga menulis "kematian tuhan"

5. Filsafat era Post Modern

a. Foucault menekankan bahwa kebenaran adalah produk dari relasi kuasa dan wacana."kebenaran tidak tetap, melainkan dibentuk oleh kekuasaan dan bahasa." Foucault juga mengenalkan konsep Panopticon yang berarti metafora pengawasan terus-menerus yang menciptakan disiplin diri

b. Konsep Hermeneutika yang menekankan interpretasi makna dalam konteks budaya dan simbolik. Budaya tak bisa hanya dijelaskan lewat fungsi sosial, tapi juga makna simbolik dan pengalaman kolektif masyarakat.

c. Konsep Hegemoni : dominasi ideologi yang diterima masyarakat tanpa paksaan langsung. Meskipun dominasi yang dilakukan merupakan sebuah penindasan, namun kekuasaan negara bisa terasa wajar karena masyarakat menerima nilai-nilai dominan sebagai sesuatu yang alami.

d. Gramsci menjelaskan hegemoni budaya sebagai kontrol kelas dominan lewat konsensus. Perlawan kelas Gramsci membagi strategi perlawanan kelas: frontal (maneuver) dan panjang (position). Berbeda dengan perlawanan kelas dari Karl Marx melalui konflik dan pembentukan komunisme.


Posting Komentar

0 Komentar