Pernyataan Mas AS Laksana bahwa kampus adalah penyumbang utama keruwetan berpikir mahasiswa ada benarnya. Saya dapat mengonfirmasi bahwa peruwetan itu juga terjadi di lingkungan akademik filsafat. Menurut saya, penyebabnya satu: cara berpikir yang selama ini ditanamkan kepada mahasiswa di beberapa kampus adalah cara berpikir yang "overtheorizing" alias "kakean teori".
Cara berpikir "kakean teori" ini punya formula seperti berikut: "X ditinjau dari Y" atau "tinjauan Y atas X". X di situ bisa diisi fenomena/praktik sosial, budaya, atau politik, bisa juga karya sastra atau seni. Y adalah teori--pilih teori apa saja yang disukai, tapi biasanya teori-teori dari belahan dunia utara. Dari formula tersebut, kita akan mendapatkan makalah, skripsi, tesis, atau disertasi dengan judul-judul seperti berikut:
"Sound Horeg Ditinjau dari Perspektif Relasi Kuasa Michel Foucault"
"Analisis Materialisme Historis atas Fenomena Klitih"
"Lagu 'Ambyar' Ditinjau dari Perspektif Fenomenologi Eksistensial"
Karena pengaruh formula tersebut, terkadang mahasiswa lebih tahu teorinya daripada masalah penelitiannya. Padahal penelitian semestinya didorong oleh masalah yang belum terpecahkan, bukan oleh teori yang sudah mapan. Teori dapat digunakan seperlunya untuk menopang bangunan argumentasi. Namun, alih-alih mendorong mahasiswa menyodorkan argumen, cara berpikir "kakean teori" ini malah cuma mencocok-cocokkan fenomena yang diamati dengan teori.
Untungnya, Fakultas Filsafat UGM mulai sekarang sudah coba mengurai keruwetan ini. Salah satunya adalah dengan memperbaharui buku panduan penulisan tugas akhir mahasiswa, mulai dari jenjang sarjana hingga doktor. Dalam buku panduan yang direncanakan berlaku mulai semester depan ini, hal pertama yang perlu dilakukan mahasiswa saat hendak memulai penelitian bukan mencari teori apa yang cocok, melainkan mengidentifikasi apa masalahnya dan apa yang ingin ia tawarkan untuk masalah tersebut.
Semoga gejala "kakean teori" ini juga dapat diurai di kampus-kampus lain. Sebab hidup ini sudah ruwet, dan kampus tidak perlu menambah keruwetan itu.
0 Komentar